Biar Hati Bercahaya Kita Baca Yuuk..!!!
SEMOGA Allah yang menggenggam langit dan bumi, membuka pintu hati kita semua agar dapat memahami hikmah di balik kejadian apa pun yang menimpa dan semoga Allah membimbing kita untuk bisa menyikapi kejadian apa pun dengan sikap terbaik.
Sahabat pembaca, ternyata nurul yaqin atau
cahaya keyakinan yang tersimpan di dalam hati seorang hamba Allah yang arifin
dan berkeyakinan teguh, datangnya dari khasanah kegaiban Allah Taala. Alam
semesta ini menjadi terang benderang karena cahaya benda-benda langit yang
diciptakan Allah. Sedang cahaya yang menerangi hati manusia adalah nur dari
sifat-sifat Allah. Cahaya yang tampak adalah bekas cahaya yang diciptakan
Allah, dan cahaya yang tidak tampak adalah cahaya dari sifat-sifat Allah. Imam
Athaillah dalam Kitab Al Hikam bertutur: Nur yang tersimpan dalam hati, datang
dari cahaya yang langsung dari khazanah-khazanah kegaiban. Nur yang memancar
dari panca inderamu, adalah berasal dari ciptaan Allah, dan cahaya yang
memancar dari hatimu adalah berasal dari sifat-sifat Allah. Saudaraku, ada mata
indera dan ada mata hati. Mata indera bisa melihat apa yang diberikan oleh
Allah berupa cahaya alam ini, sedangkan mata hati dapat melihat sesuatu yang
tidak terlihat oleh pandangan mata.Allah SWT tidak bisa dilihat oleh mata
karena mata ini terlalu lemah, melihat yang jauh saja tidak mampu begitu pun
untuk melihat yang sangat dekat. Orang yang hatinya diberi cahaya oleh Allah
ketika melihat sesuatu, hatinya pun ikut melihat keagungan Allah. Misalnya,
seseorang yang hatinya telah diberi anugerah cahaya Allah, maka ketika ia
memandang keindahan alam semesta hatinya pun akan ikut merasakan keagungan
Allah yang menciptakan alam ini.
Maka orang-orang
yang hatinya bersih, dia akan melihat alam ini berbeda dengan yang terlihat
oleh mata. Misalnya, ada orang yang terpesona kepada boneka, dan dipujinya
pabrik yang membuat bonekanya itu. Akan tetapi lain lagi dengan orang yang mata
hatinya terbuka, mata melihat boneka dan hati melihat Allah. Artinya, ia akan
semakin kagum dengan ciptaan Allah berupa manusia, termasuk dirinya.
Ya, sebab
pertanyaannya, kenapa kita kagum kepada orang-orang yang membuat boneka, tetapi
tidak kagum kepada anak yang memainkan boneka? Seharusnya melihat boneka saja
kagum, apalagi melihat anak-anak yang memainkan boneka, padahal anak-anak yang
memainkan boneka itu bisa menangis, bisa tertawa, bisa makan, dan lain
sebagainya.
Sedangkan boneka? Tidak bisa apa-apa! Sungguh aneh, pabrik boneka
dipuji, tetapi Pencipta anak-anak yang memainkan boneka tidak dipuji.
Kalau hati
tertutup, maka dunia ini menakutkan. Melihat uang takut tidak kebagian, ketika
sudah dapat justru takut hilang. Akan tetapi bagi orang-orang yang hatinya
terbuka, Insya Allah tidak ada kerisauan tentang rezeki karena rezeki sudah
pasti Allah yang membagikan, tidak akan pernah tertukar, tetapi begitulah
karena hati belum yakin dan tidak beriman, lihatlah para koruptor yang mencuri
uang rakyat. Kalau punya iman kenapa harus licik, rezeki sudah ada sebelum kita
dilahirkan, tetapi begitulah orang-orang yang takut, padahal yang seharusnya
kita takuti bukan takut tidak punya uang tetapi takut tidak punya jujur dan
takut tidak punya syukur. Takut tidak punya sabar.
Sejak saat ini
marilah memperbanyak dzikir daripada banyak bicara yang bermanfaat, orang yang
beruntung itu adalah orang yang diingatkan di dunia ini, justru yang gawat
adalah orang yang diberi kelancaran oleh Allah dalam maksiat.
Marilah kita rasakan apa pun yang
kita raba dengan indera membuat kita mengenal hikmah di balik setiap kejadian
yang ada, hati-hati menjaga diri. Tidak pernah menimpa kepada kita bencana
kecuali hasil perbuatan sendiri. Wallahu a’lam.