BILA
AIB DIRI KITA AKUI
Dalam sebuah kesempatan, Sahl bin Abdullah r.a bertutur kisah,
" Jika seorang hamba berbuat kebaikan, kata Sahl, lalu ia berkata. "
Ya Allah Engkaulah yang memberi kemudahan kepadaku." Sekiranya engkau
berkata begitu , maka Allah akan memuji hamba-Nya itu dengan firman-Nya, "Hamba-Ku, engkaulah yang berbuat taat
dan taqarrub kepada-Ku. " Ini artinya, bahwa jika kita mengakui dengan
sepenuh keimanan bahwa amal kebajikan itu dapat kita perbuat semata-mata
lantaran Allah telah memberi kekuatan dan kesanggupan kepada kita untuk berbuat
seperti itu, maka posisinya justru akan dibalikan oleh Allah dengan memuji
ketaatan kita.
Akan tetapi sebaliknya, kata
Sahl, jikalau hamba itu merasa beramal seraya tidak ingat akan taufik
pertolongan Allah - kita berinfak karena merasa diri memang dermawan, menjadi
ahli tahajjud semata-mata karena merasa diri memang mampu terbangun tengah
malam, pendek kata, kita mampu beramal kebajikan itu karena perjuangan kita
semata-mata, maka Alah akan berpaling sambil berfirman , "Hai ketahuilah, sesungguhnya Aku yang memberi taufik dan hidayah
, Aku yang memudahkan engkau taat kepada-Ku, " jadi jika kita
berpaling , maka Allah pun akan berpaling Kalau kita merasa berbuat amal
kebajikan itu semata-mata karena perbuatan sendiri , niscaya Allah tidak akan
menerima amalan kita tersebut.
Apabila seorang hamba berbuat
kejahatan , lalu berkata, "Ya Allah.
Engkau-lah sesungguhnya yang menakdirkan , menghukum , serta memutuskan saya
berbuat salah . " Bila demikian , kata Sahl, maka Allah berfirman
" Artinya, kalau kita menganggap kesalahan yang kita lakukan sebagai
takdir Allah, maka justru dia akan mengembalikannya sebagai perbuatan kita.
Akan tetapi , kalau kita
berbuat dosa kemudian bertobat , "Ya
Allah.Aku telah berbuat zhalim terhadap diri. Ampunilah aku, ya Rabb",
maka menurut Sahl, Allah akan berfirman, "Hai hamba-Ku.Sesungguhnya
Aku-lah yang menentukan dan menakdirkan hal seperti itu. Aku pula yang akan
mengampuni dan menutupi aib-aibmu"
Walhasil, sekiranya kita
berbuat salah, itu belum tentu akan mencelakakan kalau toh dibarengi dengan
bertobat dan kesungguhan dalam mengakui kezaliman diri. Namun, sekali kita
merasa mulia, shalih dan memiliki kedudukan di sisi Allah, itu jauh lebih hina
dibandingkan kalau kita merasa kotor , salah dan merasa berlumur dosa
dihadapan-nya. Sebaik-baik manusia adalah orang yang dibukakan pintu hatinya,
sehingga sadar akan aib-aibnya sendiri. Orang
yang dekat dengan Allah sibuk merasakan malu akan aib yang melekat pada dirinya
, tetapi orang yang jauh daripada-Nya sibuk merasakan diri mulia di sisi-Nya.
Na'udzubillah, mudah-mudahan kita terhindar dari segala ketersesatan dalam
beramal.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar